Disarikan oleh Didik Hadiyanto, S.Pd dari penjelasan Ust.
Fathurrahman Masrukan, Lc, MA pada Kajian Tematik 26 April 2015 di Masjid Al
Muhajirin
Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam (pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman. (Terj. Al Wajiiz fii ‘Aqidatis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama’ah, hal. 95)
إن
أول ما حلق الله القلم, قل له: أكتب! قل: رب وماذا أكتب؟ قل: أكتب مقادير كل شيء
حتى تقوم الساعة
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam (pena), lalu Allah berfirman, ‘Tulislah!’ Ia bertanya,
‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.'”(Shahih, riwayat Abu Dawud (no. 4700), dalam Shahiih Abu Dawud (no. 3933), Tirmidzi (no. 2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), al-Ajurry dalam asy-Syari’ah (no.180), Ahmad (V/317), dari Shahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu)
Oleh karena itu, apa yang telah ditakdirkan menimpa manusia
tidak akan meleset darinya, mulai dari manusia yang pertama hingga akhir zaman.
Hal ini sesuai dengan kesempurnaan sifat Allah Yang Maha Mengetahui.
Faham qadariyah yang menganggap bahwa segala sesuatu belum
ditentukan sehingga manusialah yang menentukan segala perbuatan mereka,
sedangkan faham jabariyah menganggap bahwa manusia tidak mempunyai
kehendak/pilihan atas perbuatannya. Ahlussunnah berada ditengah-tengah, bahwa
segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah beserta sebab-sebabnya. Karena itu
tidak mungkin orang-orang yang taat kepada Allah akan masuk neraka atau
sebaliknya. Maka hendaknya seseorang itu tetap beramal sholih
yang akan mengantarkannya ke surga.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita agar kita beramal, berusaha mencari jalan yang diridhai Allah Ta’ala dengan petunjuk dari Allah Ta’ala yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena segala sesuatu dimudahkan untuk apa yang telah ditakdirkan atasnya.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita agar kita beramal, berusaha mencari jalan yang diridhai Allah Ta’ala dengan petunjuk dari Allah Ta’ala yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena segala sesuatu dimudahkan untuk apa yang telah ditakdirkan atasnya.
عَنْ
عَلِىٍّ - رضى الله عنه - قَالَ كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فِى
جَنَازَةٍ فَأَخَذَ شَيْئًا فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهِ الأَرْضَ فَقَالَ « مَا
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ
مِنَ الْجَنَّةِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى
كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ قَالَ « اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ
لَهُ ، أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ
السَّعَادَةِ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ
أَهْلِ الشَّقَاوَةِ » . ثُمَّ قَرَأَ ( فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى *
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ) الآيَةَ .
Artinya: “Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Pernah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalllam pada
sebuah jenazah, lalu beliau berdiam sejenak, kemudian beliau menusuk-nusuk
tanah, lalu bersabda:“Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan telah
dituliskan tempatnya dari neraka dan tempatnya dari surga”. Para
shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak bersandar atas takdir
kita dan meninggalkan amal?”, beliau menajwab: “Beramallah kalian,
karena setiap sesuatu dimudahkan atas apa yang telah diciptakan untuknya, siapa
yang termasuk orang yang ditakdirkan bahagia, maka akan dimudahkan untuk
mengamalkan amalan penghuni surga, adapun siapa yang ditakdirkan termasuk dari
dari orang yang ditkadirkan sengsara, maka ia akan dimudahkan untuk mengamalkan
amalan penghuni neraka”. Kemudian beliau membaca ayat:
{فَأَمَّا
مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6)
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7)} [الليل: 5 - 7]
Artinya: “Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa”. “Dan membenarkan adanya
pahala yang terbaik (surga)”. “Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah”. QS. Al Lail: 5-7.
Imam Nawawi rahimahullah berkata:
وفي
هذه الأحاديث النهي عن ترك العمل والاتكال على ما سبق به القدر بل تجب الأعمال
والتكاليف التي ورد الشرع بها وكل ميسر لما خلق له لا يقدر على غيره.
Artinya: “Di dalam hadits-hadits ini
terdapat larangan untuk meninggalkan amal dan bersandar dengan apa yang telah
ditakdirkan, akan tetapi wajib beramal dan mengerjakan beban yang disebutkan
oleh syariat, dan setiap sesuatu dimudahkan untuk apa yang telah diciptakan
untuknya, yang tidak ditakdirkan atas selainnya”. Lihat kitab Al Minhaj, Syarah
Shahih Muslim., 16/196.
Suatu saat ada pencuri yang hendak dipotong tangan oleh kholifah Umar, namun pencuri ini mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin sesungguhnya aku mencuri hanya karena takdir Allah.” Umar pun menjawab, “Dan Kami pun memotong tangan dengan takdir Allah.” Lalu siapakah yang kejam? Bukan takdir Allah yang kejam tapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Walaupun segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Allah, seseorang tidak boleh menisbatkan keburukan kepada Allah karena perbuatan jelek yang ia lakukan dengan kesadarannya.
“Takdir Allah adalah kesempurnaan sifat-Nya Yang Maha Mengetahui,
sedangkan sebab-sebab yang termasuk didalamnya pilihan/ikhtiar manusia berjalan
atas takdir-Nya. Maka hendaknya seorang mukmin tetap beramal yang merupakan
sebab, meskipun sebab tidak akan luput dari apa yang takdirkan oleh Allah Yang
Maha Mengetahui. Sebagai contoh seseorang yang ditakdirkan masuk surga niscaya
ia akan melakukan sebab-sebab yang mengantarkannya ke surga, begitu pula
sebaliknya.
Namun, hal yang perlu ditanamkan di dalam diri seseorang adalah:
Namun, hal yang perlu ditanamkan di dalam diri seseorang adalah:
1.
Allah tidak pernah menzholimi hamba-Nya
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim
kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada
diri mereka sendiri. (QS. Yunus [10] : 44)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang
saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah
Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. Fussilat [41] :
46)
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku (QS. Qaf [50] : 29)
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku (QS. Qaf [50] : 29)
2.
Allah memiliki hikmah dibalik segala kejadian,
baik yang kita ketahui atau yang tidak kita ketahui
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. 3. Ali 'Imran : 190-191)
...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 2. Al Baqarah : 216)
Dengan pemahaman yang benar terhadap takdir, seorang mukmin
akan menjadi pribadi yang penuh syukur ketika mendapat nikmat bukan malah menyombongkan
diri dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya bukan malah berputus asa.
Sungguh syukur itu baik baginya dan sabar itu juga baik baginya.
Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh
menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik
baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang
mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Manfaat Doa terhadap takdir
Berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan At-Tirmidzi, bab Qadar 8/305-306]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang tergantung pada doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga doa ibarat tameng dan musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].
Manfaat Doa terhadap takdir
Berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan At-Tirmidzi, bab Qadar 8/305-306]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang tergantung pada doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga doa ibarat tameng dan musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar